DI seberang Risma, berdiri sebuah rumah besar dengan gaya modern.
Rumah tersebut dibangun sekitar lima tahun lalu. Sebelumnya, Risma
sering bermain di atas tanah lapangan itu bersama teman-teman kecilnya.
Kayak apa rasanya tinggal di rumah segede itu, ya?
Risma ngebayangin rumah yang ditinggalinya. Rumah peninggalan
ayahnya yang meninggal tiga bulan lalu karena ginjal.
Dibandingin rumah di sekitar gangnya, memang nggak kecil-kecil banget,
sih. Perabotan di dalamnya juga lengkap. Tapi, kalo dibandingin rumah di
depannya sekarang ....
Duh, kenapa jadi sirik gini, sih? Bukannya bersyukur! Masih banyak orang
yang nggak punya tempat tinggal, kan? Bahkan, mereka berdesak desakan di
kolong jembatan!
"Masuk aja, Mbak Risma," seorang pria tanggung membuka pintu
gerbang setinggi dua meter.
Risma mengangguk pada Safrudin. Dia bukan pertama kali melewati
pintu gerbang itu. Sudah dua tahun ini, Bu Lastri-ibu Risma-jadi penjahit
pribadi Tante Ester.
Click to comment
Subscribe to:
Post Comments (Atom)