Novel Burung Kertas – Billy Koesoemadinata
Sudah tiga hari semenjak Pram masuk Rumah Sakit. Aku tak lelahnya menungguinya siang-malam. Hanya kuliah, skripsi, dan Hikaru yang bisa mengingatkanku untuk beristirahat.
Aku menunggu bis di dekat halte kampus. Tak biasanya halte ini begitu sepi. Hanya ada aku dan Hikaru siang ini. Ingin rasanya aku cepat sampai di rumah sakit, dan menunggui Pram lagi.
“Kau tak perlu menemaniku. Aku bisa sendiri, kok.”
Hikaru menatapku tak percaya.
“Tidak apa. Aku hanya takut, kau ada apa-apa. Kau kurang istirahat belakangan ini, Ghita-chan. Jaga juga kesehatanmu! Jangan sampai, hanya karena menjagai orang lain, kesehatanmu sendiri sampai terlupakan!”
“Ya…Ya…Ya…”
“Lagipula, apa jadinya kalau kau tiba-tiba pingsan di jalan?”
Aku diam. Bisa saja Hikaru mencari-cari alasan. Haruskah aku menyindirnya langsung? Haruskah?
“Sudahlah, Hikaru. Kau tak perlu bohong padaku. Semenjak malam itu pun, aku tahu kau selalu ingin bersama Yamada, bukan?”
Hikaru membelalak.
“Dari mana kau punya pikiran seperti itu?”
Sudah tiga hari semenjak Pram masuk Rumah Sakit. Aku tak lelahnya menungguinya siang-malam. Hanya kuliah, skripsi, dan Hikaru yang bisa mengingatkanku untuk beristirahat.
Aku menunggu bis di dekat halte kampus. Tak biasanya halte ini begitu sepi. Hanya ada aku dan Hikaru siang ini. Ingin rasanya aku cepat sampai di rumah sakit, dan menunggui Pram lagi.
“Kau tak perlu menemaniku. Aku bisa sendiri, kok.”
Hikaru menatapku tak percaya.
“Tidak apa. Aku hanya takut, kau ada apa-apa. Kau kurang istirahat belakangan ini, Ghita-chan. Jaga juga kesehatanmu! Jangan sampai, hanya karena menjagai orang lain, kesehatanmu sendiri sampai terlupakan!”
“Ya…Ya…Ya…”
“Lagipula, apa jadinya kalau kau tiba-tiba pingsan di jalan?”
Aku diam. Bisa saja Hikaru mencari-cari alasan. Haruskah aku menyindirnya langsung? Haruskah?
“Sudahlah, Hikaru. Kau tak perlu bohong padaku. Semenjak malam itu pun, aku tahu kau selalu ingin bersama Yamada, bukan?”
Hikaru membelalak.
“Dari mana kau punya pikiran seperti itu?”