Download Ebook Perempuan yang Menggetarkan Surga - Haris Priyatna
Saya, Anda, dan siapa pun pasti ingin menjadi penghuni surga. Keinginan itu akan semakin kuat ketika kita mampu memvisualisasikan nikmat surga itu. Bertemu Allah dan Rasulullah di dalam surga-Nya adalah puncak kenikmatan yang sangat kita dambakan. Membaca buku ini akan semakin menguatkan keinginan kita untuk menjadi penghuni surga. Lantaran buku ini pula, kita terdorong untuk terus membekali diri dengan ibadah dan amal saleh terbaik agar kelak kita termasuk hamba yang diperkenankan untuk memandang ‘wajah’ Allah, bertemu Rasulullah, dan berkumpul dengan keluarga di surga Allah kelak. Amin, Ya Rabbana. Salam cinta karena Allah.” - Salmiah Rambe, ustazah, politisi perempuan
“Saat itu, suami saya tengah dikerumuni bidadari di surga. Tiba-tiba, saya muncul dari balik istana yang terbuat dari emas permata, dan para bidadari berlarian karena silau akan keindahan paras saya yang mengalahkan kemuliaan mereka. Oh, apakah itu hanya mimpi? Tidak, itu adalahsesuatu yang bisa saya raih, asalkan saya konsisten de ngan amalan-amalan kebaikan. Buku ini dapat men-charge sekaligus memotivasi saya untuk bersaing dengan para bidadari di surga.” - Afifah Afra, novelis
“Buku tentang teladan masyhur perempuan-perempuan utama ini layak disimak. Sebagai penyejuk mata, sekaligus penunjuk arah. Mereka membuat kita iri dan berharap kelak menjadi salah seorang penghuni surga-Nya dengan gelar bidadari. Buku yang tepat bagi kaum perempuan, baik para bunda maupun remaja putri.” - Sinta Yudisia, pegiat FLP & founder PELITA, penulis Kitab Cinta & Patah Hati dan lebih dari 45 buku
Di satu sisi perempuan tak pernah habis untuk dibicarakan, tetapi di sisi lain dirinya selalu berujung pada rasa miris dan keprihatinan. Kondisi zaman telah menggerus dan menyeret citra dan keberadaan tiang negara ini. Oleh karena itulah, diperlukan teks-teks terbuka untuk mengam panyekan lagi ihwal keteladanan. Dan, buku ini adalah sebuah ajakan sekaligus cerminan untuk kembali pada fitrah dan tugas suci keperempuanan.” - M. Irfan Hidayatullah, munsyid, sastrawan, Dosen Sastra Unpad.