Ahmad Fuadi - Berjuang di Tanah Rantau |
Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu
Melipur duka dan memulai penghidupan baru
Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, serta
meluaskan ilmu
—Diadaptasi dari bait syair-syair Imam Syafi’i (767–820 M)
SAYA berdecak kagum membaca syair yang ditulis Imam
Syafi’i sekitar 1.200 tahun silam. Pada masa itu, bahkan
ketika belum ada pesawat dan mobil, ulama terkenal ini
sudah berkelana dengan unta, kuda, dan kapal layar. Wa-
lau perjalanan saat itu sulit, Imam Syafi’i sudah menganjur-
kan orang merantau jauh karena dia percaya merantau itu
mendatangkan paling tidak lima keutamaan.
Pada saat kita sedang bersedih dan berduka, sebuah
perjalanan bisa merawat luka dan menjadi obat penawar
pilu. Dengan perjalanan yang jauh dan keluar dari zona nya-
man, kita akan terpaksa melihat pemandangan yang berbe-
da dengan perspektif yang segar. Dari perubahan perspektif
itu akan terbuka berbagai kemungkinan baru. Mungkin itu
peluang baru, karier baru, atau rezeki yang baru.
Yang menarik, Imam Syafi’i melihat perantauan tidak
hanya dalam konteks mencari penghasilan dan kehidupan.
Tetapi, dia juga yakin bahwa perantauan akan membuka-
kan kesempatan untuk memperkaya peradaban kita, ber-
gaul dengan orang-orang yang terpuji, dan tentu saja
meluaskan ilmu pengetahuan. Jadi, menurut ulama terso-
hor ini, perantauan tidak hanya fisik, tetapi juga perantau-
an rohani dan intelektual. Membuat kita lebih bersyukur,
lebih memaknai hidup, dan lebih mencintai ilmu.
Kisah yang ada di dalam buku ini adalah racikan ce-
rita dari berbagai perantau yang bercerita manfaat dan
perjuangan mereka sebagai perantau. Beragam sudut
pandang, tetapi sama-sama mengalirkan semangat untuk
mencari kebaikan dari perjalanan ke luar negeri.